Gg Dewa 777 Slot

Wir verwenden Cookies und Daten, um

Wenn Sie „Alle akzeptieren“ auswählen, verwenden wir Cookies und Daten auch, um

Wenn Sie „Alle ablehnen“ auswählen, verwenden wir Cookies nicht für diese zusätzlichen Zwecke.

Nicht personalisierte Inhalte und Werbung werden u. a. von Inhalten, die Sie sich gerade ansehen, und Ihrem Standort beeinflusst (welche Werbung Sie sehen, basiert auf Ihrem ungefähren Standort). Personalisierte Inhalte und Werbung können auch Videoempfehlungen, eine individuelle YouTube-Startseite und individuelle Werbung enthalten, die auf früheren Aktivitäten wie auf YouTube angesehenen Videos und Suchanfragen auf YouTube beruhen. Sofern relevant, verwenden wir Cookies und Daten außerdem, um Inhalte und Werbung altersgerecht zu gestalten.

Wählen Sie „Weitere Optionen“ aus, um sich zusätzliche Informationen anzusehen, einschließlich Details zum Verwalten Ihrer Datenschutzeinstellungen. Sie können auch jederzeit g.co/privacytools besuchen.

Sepertinya kami tidak dapat menemukan apa yang Anda cari. Mungkin dengan pencarian dapat membantu.

Offenbar hast du diese Funktion zu schnell genutzt. Du wurdest vorübergehend von der Nutzung dieser Funktion blockiert.

Offenbar hast du diese Funktion zu schnell genutzt. Du wurdest vorübergehend von der Nutzung dieser Funktion blockiert.

PABRIK rokok Gudang Garam melompat terus meninggalkan pabrik lainnya. Apalagi sejak digunakannya 28 mesin pembuat rokok filter sekitar satu setengah tahun yang lalu. Produksi Gudang Garam sekarang ini mencapai puncaknya dengan sekitar 40 juta batang/hari. Padahal akhir 1979 lalu, ketika baru 8 mesinnya berjalan, produksi baru 25 juta batang/hari. Kini bukan hanya jumlah mesinnya yang bertambah jadi 28 buah, tapi buruhnya kini mencapai 30.000 orang. Pada April 1979, jumlah buruh GG sudah 25.000 orang. Pemerintah memang mencanangkan persyaratan agar penggunaa mesin itu tidak mengurangi jumlah buruh. "Produksi masinalnya hanya boleh 50% produksi tangan. Jadi kalau mau meningkatkan jumlah produksi masinalnya harus meningkatkan pula jumlah produksi tangannya," ujar sumber TEMPO di Gabungan Pabrik Rokok (Gapero) Kediri di mana GG jadi salah satu anggotanya. Penggunaan mesin yang bisa meningkatkan produksi sigaret kretek demikian besar itu tampaknya menjadi sorotan pihak lain, terutama pabrik rokok kecil dan pabrik rokok putih. "Kalau mereka terus meningkatkan produksi, kami terus menurunkan produksi," ujar seorang pengusaha pabrik rokok kecil yang masih satu kota dengan GG. Di Kudus terjadi pukulan yang sama. "Produksi rokok kretek tangan di sini menurun setiap tahun, kata Mahmudi Sekretaris Persatuan Perusahaan Rokok Kretek (PPRK) Kudus kepada pembantu TEM PO B. Amarudin. Pada tahun 1960-an kota kretek itu masih mencatat kurang lebih 65 pabrik, kecil sampai besar. Sekarang hanya 16 perusahaan rokok kretek tangan yang masih bertahan. Mundurnya pabrik rokok kretek tangan, menurut kalangan kretek di Kudus, adalah garaara SK Dirjen Bea dan Cukai No. 159 tahun 1979. "Peraturan itu banyak memberi peluang bagi pabrik rokok kretek mesin," kata seorang pengusaha kretek terkemuka di Kudus. Namun begitu, menurut Mahmudi, untuk beralih ke pabrik yang masinal pun tak mudah. Rokok Cap Sukun, Djambu Bol dan Noyorono, menurut Mahmudi, sudah lama mengajukan izin untuk juga menggunakan mesin. "Tapi tak pernah dijawab pemerintah sampai sekarang,"katanya. Bagi pabrik rokok putih seperti BAT keberatan paling utama adalah rendahnya cukai yang diperlakukan kepada kretek masinal ini. Hal tersebut dikemukakan Presiden Direktur PT BAT Indonesia Robert Guion Ingledew Leonard dalam sambutannya yang dimuat dalam buku laporan tahunan mereka baru-baru ini. Sementara yang putih seperti BAT itu dikenakan 40%, rokok kretek filter cuma 35%. "Tapi sejak 1 Februari 1981 lalu kan sudah dinaikkan jadi 40%," ujar Suyoso, salah satu Direktur Gudang Garam pada TEMPO. Itu ternyata bukan perlakuan khusus terhadap GG. "Kami juga dikenakan 35%, tapi sekarang juga sudah naik jadi 40%, sahut Hendra Suryaseputra dari PT Bentoel Malang. Cukai jenis rokok ini memang berubah-ubah. "Dulu pernah 50% kemudian turun iadi 35% dan sekarang 40%," tambah Hendra. Sedang cukai rokok bikinan tangan tetap hanya 25%. International Filter Sejak menggunakan mesin-mesin filter GG memang semakin merajai pasaran. Terutama lewat dua macam produk mereka International Filter dengan warna rokok putih dan coklat. "Rasanya merupakan perpaduan antara kretek dan rokok putih," ujar seorang direktur pabrik rokok di Malang. Karena itu tak ayal bila perokok yang tidak suka kretek bisa lari ke Filter International GG yang harganya Rp 275/bungkus isi 12 batang. Tapi rupanya bukan hanya ini yang bisa ikut menggerogoti pasaran rokok putih. Sekitar satu setengah tahun yang lalu pula, keluar rokoh putih Gudang Garam isi 14 batang. Dan yang bikin keki pabrik lain tampaknya harganya hanya Rp 90/bungkus dan belum juga naik sampai sekarang. Menurut Suyoso, salah satu direktur GG tadi, produksi rokok putih mereka baru sekitar 1 milyar batang dalam setahun ini. Mengapa bikin rokok putih segala? "Campurannya tidak rumit dan jenis tembakau yang digunakan lebih gampang," ujar Suyoso. Tapi eksperimen rokok putih ini tampaknya tidak bisa semaju kreteknya. "Pasaran kami dibatasi. Kami tidak boleh masuk Sumatera untuk tidak mematikan pasaran rokok putih buatan Sumatera," ujar Suyoso. GG yang sejak 1958 berdiri di atas kompleks seluas hampir 100 ha itu kini sudah luar biasa. Pembayaran cukainya kini, seperti dikatakan Suyoso pada TEM PO, "tiaP bulan Rp 10 milyar." Awal tahun lalu mereka membayar sekitar Rp 6,5 milyar per bulan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini